Santiana

Jalani dengan semangat tinggi, rasa syukur dan keikhlasan :)

Rabu, 07 Desember 2011

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KUALITAS LABA-Tugas Bahasa Indonesia

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KUALITAS LABA[1]

Abstrak
Artikel ini membahas pengaruh penerapan praktik manajemen laba (earnings management) dalam perusahaan oleh pihak manajemen. Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan akan mempengaruhi kualitas laba perusahaan. Informasi laba didalam laporan keuangan harus berkualitas karena informasi laba tersebut akan dijadikan salah satu alat ukur suatu perusahaan dan akan membantu para investor dalam pengambilan keputusan investasi. Laba yang terlalu besar akibat manajemen laba oleh manajer mengakibatkan para investor dan kreditor sering melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Manajemen laba (earnings management) yang dipraktikkan akan mempengaruhi laba perusahaan, dan akan berdampak pada pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang memerlukannya. Laba yang muncul pada laporan keuangan (laporan laba rugi) akan terlihat lebih besar, namun berkualitas rendah. Manajemen laba dapat disebabkan karena adanya ketidaksepakatan antara manajer dengan para pemegang saham. Peluang untuk dapat melakukan praktik manajemen laba akan membarikan kesempatan bagi manajer untuk menghasilkan laba sesuai dengan yang diinginkannya. Manajemen laba akan semakin mudah dilakukan apabila dalam menjalankan bisnis perusahaan, pihak manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan.


PENDAHULUAN
Salah satu sumber informasi yang digunakan oleh pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, baik didalam maupun diluar perusahaan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama periode tertentu. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain, salah satunya adalah sebagai laporan untuk pihak eksternel perusahaan. Kinerja manajemen perusahaan tercermin pada laba yang terkandung dalam salah satu laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi. Oleh karena itu proses penyusunan laporan laba rugi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang dapat menentukan kualitas laporan tersebut. Laba menjadi salah satu komponen penting dalam perusahaan karena laba bisa dijadikan salah satu alat ukur bagi perusahaan dalam kegiatan operasinya. Laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Tindakan manajer ini kadang bertentangan dengan tujuan perusahaan. Tindakan yang menyimpang tersebut salah satu bentuknya adalah manajemen laba. Manajemen laba (earnings management) merupakan tindakan manajemen yang berupa campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraannya secara personal maupun untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen laba ini akan mempengaruhi nilai-nilai dalam laporan keuangan, mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba pada laporan keuangan dari hasil rekayasa tersebut. Dengan begitu, manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap laba sering dilakukan oleh manajemen. Penyusunan laba dilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut diprediksi oleh Dachow (1998) dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Laba yang disusun berdasarkan akrual akan memberikan kesempatan kepada manajemen untuk memaksimalkan utilitasnya melalui kebijakan akrual. Hal ini terjadi karena adanya kebebasan manajer untuk memilih metode akuntansi dalam memperlakukan transaksi bisnis dalam perusahaan. Dengan kebebasan tersebut, manajemen perusahaan dapat menggunakan kondisi tersebut untuk alasan tertentu yang bersifat opportunistic. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa manajer melakukan manipulasi laba (earnings management), seperti strategi discretionary accrual (Healy, 1985) atau strategi penataan laba (income smoothing) (Watts dan Zimmerman, 1986).
Sedangkan pengertian laba adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen akan berpengaruh pada kualitas laba perusahaan. Menurut Ahmed Belkaouli dalam bukunya Teori Akuntansi jilid 1 (1987:Erlangga) Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar yaitu : (1) Pembuatan kebijakan dividen dan penahanan laba suatu perusahaan; (2) Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan; (3) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang.
Kualitas laba, dalam akuntansi, merujuk kepada kemasukakalan seluruh laba yang dilaporkan. Kualitas laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam antarperusahaan sebagai fungsi (gabungan) dari karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam memperkirakan arus kas, ataukah konservatif, atau juga dapat diramalkan. Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba dimasa yang akan datang.
            Dalam laporan keuangan, manajemen akan melakukan pengungkapan yang seperlunya. Hal ini dilakukan agar manajemen dapat mempraktekkan manajemen laba untuk mencapai tujuan tertentu. Jika manajemen melakukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan seminimum mungkin maka kondisi asimetri informasi akan terjadi sehingga memberikan keleluasaan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajemen laba akan berpengaruh pada kualitas laba perusahaan. Berdasarkan penelitian Watts dan Zimmerman (1986) secara empiris membuktikan bahwa hubungan  principal dan  agent sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu  agen untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan  agent tersebut adalah manajemen laba. Faktor-faktor yang diajukan oleh Watt dan Zimmerman sebagaimana dikutip oleh Sugiri (1998:1-18): (1) Hipotesis Bonus Plan. Bahwa pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini; (2) Debt To Equity Hypothesis. Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan pendapatan atau laba; (3) Political Cost Hypothesis. Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh  sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
Informasi tentang laba perusahaan seharusnya berkualitas untuk mendukung keputusan-keputusan, terutama keputusan investasi oleh investor dan kreditor yang berkualitas pula. Kualitas informasi laba diharapkan dapat membantu para investor dan calon investor untuk membuat keputusan. Kualitas laba merupakan hal utama yang diperhatikan oleh mereka dalam rangka pengambilan keputusan investasi. SFAC (Statement Of  Financial accounting Concepts) menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang: (1) Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya.; (2) Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan uang dimasa yang akan datang yang berasal dari dividen atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan, atau jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman.; (3) Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber-sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut. Dengan laporan keuangan, pengusaha dapat mengetahui kemajuan dan kemunduran usahanya. Posisi keuangan perusahaan juga dapat dilihat pada laporasn keuangannya. Oleh karena itu, laporan keuangan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan, agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan dengan baik sesuai dengan kepentingan masing-masing.
            Dari uraian tersebut terdapat perumusan masalah yaitu: (1)Bagaimana praktik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dapat mempengaruhi kualitas laba perusahaan?; (2) Mengapa pihak manajemen melakukan praktik manajemen laba pada perusahaan yang dikelolanya?; (3) Apa pengaruh manajemen laba yang dilakukan oleh manajer terhadap kualitas laba perusahaan?

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KUALITAS LABA
            Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk menambah atau mengurangi laba saat ini atas usaha yang dijalankannya pada periode tertentu dengan tujuan-tujuan tertentu. Sasarannya adalah laporan keuangan perusahaan. Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk melakukan manajemen laba yaitu: (1) Kebijakan Akuntansi Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakanakuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai kebijakan tersebut berlaku; (2) Pendapatan. Dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan yang diterima; (3) Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of  investment).
Manajemen laba yang terjadi, menurut Ayres (1994:27-29) dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-cara sebagai berikut: (1) Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer; (2) Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut; (3) Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP);
Laba yang kurang berkualitas dapat terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, pihak manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik. Konflik ini tidak terlepas dari kecenderungan manajer untuk mendapat keuntungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan pemilik.
            Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996). Baik kreditur maupun investor menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer akan mengakibatkan kualitas laba menjadi rendah. Dua motivasi utama para manajer melakukan manajemen laba, yaitu tujuan oportunis dan informasi (signaling) kepada investor. Tujuan oportunis mungkin dapat merugikan pemakai laporan keuangan karena informasi yang disampaikan manajemen menjadi tidak akurat dan juga tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Sikap oportunis ini dinilai sebagai sikap curang manajemen perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat menghadapi intertemporal choice (kondisi yang memaksa eksekutif tersebut menggunakan keputusan tertentu dalam melaporkan kinerja yang menguntungkan bagi dirinya sendiri ketika menghadapi situasi tertentu). Sikap curang tersebut didefinisikan sebagai satu atau lebih tindakan yang disengaja dan didesain untuk menipu orang lain sehingga menyebabkan hilangnya kekayaan (Beneish 2001). Tujuan informatif (signaling) kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, karena manajer sangat erat kaitanya dengan keputusan yang berhubungan dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan, otomatis para manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek perusahaan masa datang. Oleh karena itu, manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa datang dan diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainya. Manajer dapat menggunakan diskresi akrual untuk merefleksikan kinerja perusahaan tersebut melalui laporan laba (Gul et al. 2003). Beberapa alasan manajer melakukan praktik manajemen laba, diantaranya: (1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer; (2) Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktu yang telah ditentukan, perusahaan tersebut berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberikan posisi bargaining yang relatif baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan; (3) Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya, terutama pada perusahaan go public.
Teknik manajemen laba (earnings management) yang dilakukan oleh manajer dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham (Bernard dan Stober, 1998). Laba terdiri dari komponen arus kas operasi dan accruals total (Healy, 1985). Accruals total terdiri dari discretionary accruals yang merupakan pilihan manajer terhadap konservatisme akuntansi dan non discretionary accruals yang menggambarkan pengaruh kondisi bisnis perusahaan. Kualitas laba yang diproksi dengan discretionary accruals menggambarkan bahwa semakin besar nilai discretionary accruals maka semakin besar pula praktik manajemen laba. Praktik manajemen laba yang besar mengindikasikan kualitas laba yang rendah. Informasi tentang laba perusahaan harus berkualitas untuk mendukung keputusan investasi yang berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas (dalam hal ini kualitas laba) diharapkan dapat membantu para investor dan calon investor untuk membuat keputusan. Kualitas laba menjadi perhatian yang utama bagi para pengguna laporan keuangan untuk tujuan investasi dan untuk tujuan kontraktual. Jika informasi tentang laba tidak berkualitas, maka investor bisa melakukan investasi pada perusahaan yang labanya tinggi tapi kualitasnya rendah. Keputusan investasi atau keputusan kontrak yang didasarkan pada laba yang kurang berkualitas akan memberikan sinyal yang kurang baik. Kecenderungan manajemen untuk memperlihatkan laba yang besar membuat para investor dan kreditor sering melakukan kesalahan dengan hanya melihat net income at face value dan mengabaikan kualitas laba atas laporan keuangan yang disajikan. Kurangnya kualitas informasi atas laba bisa terjadi karena kebohongan yang sengaja dilakukan oleh penyajinya untuk menyesatkan para pengguna laporan keuangan tersebut.
                                                   
PENUTUP
            Manajemen laba (earnings management) merupakan tindakan manajer dalam memanpulasi laba perusahaan untuk tujuan tertentu. Manajemen laba yang dilakukan akan mempengaruhi laba perusahaan, dan akan berdampak pada pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang memerlukannya. Laba yang muncul pada laporan keuangan (laporan laba rugi) akan terlihat lebih besar, namun kualitasnya rendah. Hal ini akan menyebabkan investor dan kreditur mengalami kesalahan dalam mengambil langkah untuk berinvestasi, dimana mereka akan cenderung menginvestasikan kekayaan mereka pada perusahaan yang labanya tinggi tetapi kualitasnya rendah. Praktik manajemen laba ini dapt dilakukan oleh pihak manajemen dengan beberapa cara, seperti menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Manajer juga mempunyai alasan-alasan untuk melakukan praktik manajemen laba, seperti dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor dimana erusahaan yang terancam default (tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktu yang telah ditentukan), perusahaan tersebut berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Hal tersebut akan memberikan posisi bargaining yang relatif baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. Sasaran-sasaran yang terdapat dalam laporan keuangan, yaitu kebijakan akuntansi, pendapatan dan biaya usaha merupakan sasaran-sasaran yang digunakan oleh manajer dalam memanipulasi laba.
            Manajemen laba disebabkan karena adanya ketidaksepakatan antara manajer dengan para pemegang saham yang akan mengakibatkan munculnya sifat oportunistik manajemen. Peluang untuk dapat melakukan praktik manajemen laba akan membarikan kesempatan bagi manajer untuk menghasilkan laba sesuai dengan yang diinginkannya. Kebebasan memilih metode akuntansi oleh manajer dalam memperlakukan transaksi bisnis perusahaan juga dapat memberikan kesempatan bagi para manajer untuk memanipulasi laba. Manajemen laba akan semakin mudah dilakukan apabila dalam menjalankan bisnis perusahaan, pihak manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan.
            Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer akan mempengaruhi kualitas informasi laba perusahaan. Hal tersebut akan mempengaruhi keputusan-keputusan investor dan kreditur dalam menginvestasikan harta mereka. Keputusan investasi oleh investor dan kreditur yang didasarkan pada informasi laba yang kurang berkualitas akan dapat menyebabkan kesalahan wealth transfer karena laba yang kurang berkualitas akan memberikan sinyal yang kurang baik.

DAFTAR RUJUKAN
Kusuma, Hadri. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 8 no. 1., p. 1-3.
Siallagan, Hamonangan. 2009. Pengaruh Manajemen Laba (Earnings      Management) terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis &          Akuntansi Ventura, vol. 12 no. 1., p. 61-63.
Sucipto, Toto, dkk. 2004. Siklus Akuntansi. Jakarta: Yudhistira.



[1] Santiana Handayani, 108694042, S1 Akuntansi 2010 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

12 komentar:

  1. yang tentang laba tu san....
    kurang dlm kajian pustakamu (teori dasaar pa ja yg mendasari judulmu)...
    hasil dri konsepmu pa???
    N struktur konsepmu,mksdx konsepmu kl mw berhsil cp N pa ja yg hrus d lkukan n yg mlkukan..

    BalasHapus
  2. iya wi, itu kan tugas semester satu..
    waktu itu belum tau apa-apa soal tulis menulis..
    mangkanya dapet B..hehe
    mau perbaikin tah?
    dibuat lebih menarik dan menjual gitu..
    gimana?

    BalasHapus
  3. oc,,,,
    tulisin temamu yg dh da ntr qt bahas bareng2...
    tu bukan artikel namanya tpi makalah,,,
    parah bngt tuh...
    hehe

    BalasHapus
  4. ehm..
    makasih pujiannya..-.-
    #faktanya dapet B kok, berarti g parah-parah banget dong.. :p

    kelompok bertiga kea yang tadi aja..

    oia, ada lomba karya tulis tentang limbah..
    deadline tanggal 20 Desember ini..
    gimana? SANGGUP g?

    BalasHapus
  5. tntg limbah tu hx gagasan pa penilitin N AI,,,,???bsx y bs2 ja

    BalasHapus
  6. gagasan, tapi harus ada unsur sosialisasinya..

    BalasHapus
  7. insya alloh tu 99% psti bs,,,1% g bs bila mati..

    BalasHapus
  8. kata guruku SMK, insya allah itu 200% bisa.

    BalasHapus